Mengenal Kemasan kaleng (Metal Packaging)
Bersyukur saya diberikan Alloh kesempatan menerjuni secara praktis / operasional mesin-mesin printing segala jenis seperti offset, flexo, rotogravure dan sekarang sdh berjalan 2 thn lebih tengah mendalami cetak kemasan kaleng metal maupun kaleng plastik (flexo), semoga bisa bermanfaat juga buat anda.
Perkembangan Kemasan selain dari bahan dasar kertas maupun Plastik sudah demikian beragam dan sangat multi proteksi. Tidak ketinggalan pula di bidang kemasan kaleng yang sangat dikenal lebih tahan lama dan melindungi lebih kuat produk di dalamnya. Beberapa pabrik pembuat kemasan kaleng dapat di bagi dalam beberapa tipe :
1. Kemasan produk makanan dan minuman
2. Kemasan Pelumas, oli mobil dan sejenisnya
3. Kemasan produk industri termasuk bahan kimia, cat, pestisida, tinta, tinner, dan bahan pelarut lainnya
4. Kemasan Aerosol, Semprotan obat serangga
5. Kompoen yang biasnaya di pakai oleh pabrik pembuat kemasan kaleng
Jenis Kemasan kaleng ini umumnya disebut 2 PC yaitu bagian body plus bottom menyatu kemudain di tambahkan bagian atas (Top). Sedangkan tipe lain adalah 3 Piece can yaitu antara Body, Bottom dan top terpisah. Kebanyakan tipe 2 PC di aplikasikan di produk minuman ringan maupun beer. Sedangkan 3 PC di aplikasikan untuk kaleng makanan, cat dan kaleng bahan kimia industri termasuk minyak pelumas.
Kemasan kaleng Makanan umumnya berukuran Ǿ 52 mm sampai Ǿ 285 mm. Untuk kemasan kaleng cat berkisar ¼ liter sampai 25 liter dengan bentuk Cylindrical (Lingkaran), rectangular (Segi empat), dan conical (Kemasan ber tutup). Kesemua bentuk kemasan ini tentu saja di cocokan dengan produk yang akan di kemas. Seperti dalam kemasan Oli pelumas bisa di bentuk rectangular dengan volume 1 liter bentuk kemasan round dan 4-5 liter dalam bentuk rectangular.
Dari semua bentuk kemasan kaleng tipe aerosol mungkin yang kurang populer di dengar padahal sudah banyak kemasan yang memakai tipe aerosol ini. Seperti kemasan untuk obat semprot serangga, nyamuk dan lainnya adalah dalam tipe aerosol. Dimensi ukurannya adalah sbb:
Diameter : 52-57-65 mm
Tinggi : bervariasi mulai 10 cm sampai 45 cm atau sesuai ukuran yang di pesan
Kapasitas isi : 150 – 750 mm
Tipe aerosol yang umum juga seperti kemasan penyejuk/ pengharum ruangan, cat pilok, busa cukur, dll. Bagian dari kemasan kaleng dapat di pisahkan dalam bentuk terpisah antara lain:
– Dalam bentuk lembaran bahan tin plate
– Lids
– Ends
– Necks
– Caps
– Handles
Kemasan kaleng umumnya di cetak dengan Metode cetak Lithographi (Offset) atau lebih dikenal dengan Offset metal decorating. Dengan dicetak di bahan Tin, Aluminum, dan modifikasi logam alloy. Bahan logam tersebut akan di lapisi terlebih dahulu (coating) dengan Varnish saizing (clear sizing, tonner sizing atau gold lacquer) atau untuk mendapatkan efek putih di pakai white coating. Semua metode pelapisan umumnya di pakai mesin pelapis (Coater) dengan ketebalan yang di ukur µm (?).
Setelah di lapisi logam terlapis Varnish sizing atau White Coating Kemudian akan di panaskan antara 170-180 C selama 12-15 menit melewati pemanggang raksasa berjarak 5- 6 meter. Setelah melewati pemanggang bahan pelapis sudah kering dan siap di cetak dengan tinta offset/Lithography. Pencetakan gambar berwarna proses (Cyan, Magenta, Yellow, dan Black bisanya naik 2 warna kemudain dilanjut 2 warna berikutnya. Proses pengeringan tinta offset juga melalui pemanggang dengan suhu berkisar 140-160 C selama 12-15 menit.
Kemudian proses akhir lapisan tinta akan di lapisi dengan Varnish untuk membuat cetakan tahan gores dan tahan panas. Untuk bagian lain yang akan menjadi bagian dalam kemasan permukaan kaleng akan di lapisi juga dengan varnish coating dengan tujuan mencegah bersinggungan langsung produk dengan kelang sehingga bisa mengakibatkan karat dan terkontaminasi.
Setelah semua permukaan tercetak dan di varnish kaleng akan dilanjut ke proses pengetesan untuk mengetahui kekuatan kemasan sehingga bisa mencegah kerusakan kemasan yang berakibat merusak produk. Test lainnya adalah Retort test dan Pasteurisasi. Yang akan dbahas di tulisan lain.
Kondisi lingkungan yang semakin berpolusi dan banyaknya kemasan yang menjadi sampah, beberapa enduser berusaha membuat kemasan kaleng dengan gambar yang lebih personal, memuat gambar bercerita ttg sebuah acara dan lainnya, sehingga penikmat makanan dalam kemasan kaleng bisa membuat kemasan kaleng sebagai suvenir atau barang hiasan rumah, bahkan menjadi alat simpan alat tulis atau lainnya.
Demikian sekilas tentang kemasan dalam kaleng yang cukup menarik di ketahui. Semoga bermanfaat.(se-sgn)
Sugeng Endarsiwi/ Pekerja Grafika
KEMASAN ITU BISA MENJUAL
Saat ini, kemasan sudah melampaui fungsi basic-nya sebagai pembungkus dan pelindung.Dalam marketing, ia sudah menjadi tools yang berfungsi sebagai “silent salesman” di rak-rak toko dan rumah konsumen, bahkan juga untuk membangun loyalitas konsumen terhadap produk. Sayangnya, masih banyak pemilik merek yang tidak mau berinvestasi dalam kemasan. “Padahal, desain kemasan yang bagus tidak berarti harus mahal. Hal itu tergantung bagaimana packaging designer menyiasati dan mencari material terbaik, tapi sesuai dengan anggaran pemilik merek,” tutur Roslyn N Wiria, Design Director PT Synzygon Brand Komunikasi. Roslyn juga menyoroti sejumlah hal seputar kemasan. Berikut perbincangannya dengan David S Simatupang dan fotografer Kusnadi Assaini dari MARKETING. Apa sebenarnya packaging (kemasan) itu? Packaging sebenarnya gabungan antara sains (dalam hal melindungi produk) dan seni (dalam hal merepresentasikan produk). Sains lebih mengarah kepada desain struktural yang ergonomis dan berfungsi untuk memudahkan pemakai dalam proses pengidentifikasian, penggunaan, penempatan, pengepakan, penyimpanan, dan distribusi sebuah produk. Jadi, bagaimana desainnya bisa stabil jika diletakkan; kalau dipegang tidak masalah; display, penggunaan, dan pengirimannya bagus. Sedangkan seni menyangkut bagaimana teks, warna dan gambarnya bisa menarik perhatian dan mengikat emosi orang yang melihatnya. Dalam marketing, packaging merupakan sarana komunikasi sebuah produk. Kemasan menjadi sarana terbaik untuk mendorong konsumen untuk membeli sebuah produk dan untuk membangun loyalitas konsumen terhadap produk. Sebab, packaging bisa menjadi “personal statement” bagi konsumen untuk menunjukkan jati diri mereka. Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam sebuah kemasan? Banyak, di antaranya:
1. Elemen-elemen visual yang terdiri dari: bentuk, gambar, tulisan serta warna.
2. Material yang digunakan: kertas, plastik, gelas, kayu atau metal.
3. Elemen brand identity: logo, maskot, slogan, dan endorsement.
4. Ukuran: berat atau isinya (gram/liter).
5. Informasi-informasi yang menjelaskan (labeling): data perusahaan, cara penyimpanan, cara pemakaian, manfaat produk, tanggal kadaluwarsa, barcode, tanda halal (makanan/minuman), info/peringatan (obat-obatan), serta authentication seal (untuk menjamin barang itu baru dan asli). Apa yang harus diperhatikan dalam membuat desain kemasan yang powerful? Sebenarnya tergantung target market dan strategi marketingnya. Misalnya produk ini ditujukan untuk demografi kayak apa, umur berapa, gaya hidup dan SES-nya apa. distribusinya mau ke mana: ke kota-kota saja atau ke seluruh Indonesia. Setelah itu, kita baru bisa mulai membicarakan desain yang cocok dengan target market tersebut. Mulai dari warna, teks, bentuk dan ukuran yang sesuai dengan gaya hidup mereka. Suplai materialnya pun harus dipikirkan: adakah vendor yang bisa mencetak material menurut keinginan kita. Konsumennya juga penting. Mereka mesti dilibatkan sejak awal karena packaging itu selalu mengikuti keinginan konsumen (melalui brand research). Jadi segmentasi, targeting, dan positioning itu sangat penting? Ya. Itu bedanya packaging dengan desain yang lain. Jika yang lain, hubungan antara produk dan marketing itu ada barrier-nya. Sedangkan kalau packaging itu langsung ke marketing.
Dia ikut menentukan apakah produk itu laku apa tidak. Kenapa dan kapankah sebuah merek perlu ganti kemasan? Ini menarik. Karena pada era 1990-an, sebagian besar desain dari sebuah kemasan bisa bertahan 5-7 tahun. Tetapi sekarang, dengan begitu banyaknya perubahan (internet, teknologi, dan tren pasar), maka rata-rata dalam 2 tahun kemasan sudah diganti. Penggantian ini sangat diperlukan karena kemasan harus mampu mengatisipasi perubahan-perubahan yang ada, serta selalu mengikuti keinginan konsumen. Contoh, suatu produk ketika launch diperkirakan untuk kelas A. Ternyata perekonomian berkembang, sehingga kelas B juga tertarik. Sebenarnya, kemasan tidak perlu diganti secara total. Ada yang cuma perlu diperbaiki saja (improvement) karena: target pasarnya berubah, mengikuti tren, terjadi brand dilution and confusion, materialnya tidak eco-friendly, bentuknya fragile atau tidak aman, tidak sesuai dengan norma dan budaya, atau terjadi kenaikan harga material. Tapi bisa juga diadakan perubahan total. Misalnya, karena ingin mengubah brand perception yang buruk di mata konsumen. Perlu tidak mengeluarkan kemasan limited edition? Selama memungkinkan, kenapa tidak? Itu kan “the law of scarcity”. Makin terbatas, orang makin tertarik. Bagus juga untuk para packaging designer, karena mereka jadi banyak proyek… hahaha… Kalau perusahaan ingin mengeluarkan sebuah kemasan, pihak mana saja yang terkait? Pertama adalah klien (pemilik merek) yang memberi arahan dalam proses penciptaan
packaging tersebut seperti siapa target market-nya, apa tujuannya. Kemudian, branding company yang memberikan brand naming, brand research yang mendalam, serta brand identity dan aplikasinya hingga ke tingkat promosi. Juga butuh packaging designer yang merancang kemasan, serta vendor yang menyediakan bahan dan mencetak kemasan itu. Seberapa perlu dilakukan simulasi tentang bagaimana konsumen menggunakan suatu produk? Wajib. Apalagi untuk makanan dan obat-obatan, sebab kadang material kemasan tertentu tidak bisa dicampur dengan makanan. Packaging test harus selalu dilakukan untuk memastikan bahwa fungsi-fungsi kemasan seperti yang diuraikan di atas telah berjalan dengan baik dan tidak merugikan atau membahayakan konsumen. Menurut Anda, apa yang paling diminati konsumen dalam sebuah kemasan?
Kadang ada konsumen yang suka dengan desain, gambar, atau maskot yang bagus. Ada yang suka pada hadiah di dalamnya—ini salah satu cara supaya suatu produk lebih diminati. Ada juga yang senang dengan ukuran lebih besar tapi harganya sama dengan kompetitor. Ada yang suka dengan shape kemasan, misalnya Pocari Sweat dalam bentuk botol PET, karena lebih convenience. Kadang kemasan yang eye-catching lewat POP display di supermarket juga menarik bagi konsumen. Semua itu tergantung pada usia, tingkat pendidikan, pandangan, dan gaya hidup dari setiap individu pemakai.
Bisa disimpulkan, konsumen menilai sebuah kemasan sejak dari impresi pertama sampai saat penggunaan terakhir dari produk tersebut. Mulai dari saat pembelian produk, di mana kemasan harus menarik dan menginformasikan produk secara tepat; saat digunakan, di mana
kemasan harus dapat mempermudah penggunaan produk; juga saat produk selesai dikonsumsi, di mana kemasan itu harus bisa dengan mudah dimusnahkan atau di-recycle. Bagaimana supaya suatu kemasan bisa stand out? Konsumen cuma butuh 2,5 detik untuk menilai apakah dia suka pada suatu packaging di supermarket. Makanya, desainer harus bisa menyiasati agar kemasan itu terlihat menarik walaupun dilihat dari jauh. Misalnya letak deterjen biasanya tidak eye-level, maka elemen kemasannya harus pakai warna bold dan hurufnya besar-besar. Makanya, Rinso warnanya hijau dan bentuknya besar. Attack pakai oranye plus putih. Mereka memilih warna yang ngejreng. Benarkah kemasan yang menarik membuat harga produk jadi lebih mahal?
Tentu saja. Karena kemasannya bisa membuat orang tertarik dan meningkatkan brand awareness. Apalagi kalau produk tersebut sangat berbeda dibandingkan kompetitor, kelasnya
langsung naik. Ambil contoh Gulaku. Sebenarnya ini produk komoditi. Packaging-nya mungkin lebih mahal dari gula di dalamnya. Tapi dibandingkan dengan kompetitor, produk ini beda jauh. Dengan kemasan itu, Gulaku terkesan alami, bersih dan higienis sesuai klaim produk yang menggunakan bahan 100% tebu asli. Penggunaan plastik tranparan pun membuat orang tidak menduga-duga apa isinya. Kemasan itu juga Indonesia banget, dengan ilustrasi perempuan Indonesia dan perkebunan tebu. Harganya lebih mahal daripada produk gula lainnya, tapi banyak orang suka. Begitu juga Evian (air mineral). Bentuk botolnya berbeda. Bisa menimbulkan persepsi bahwa konsumen Evian adalah orang yang mencintai keindahan, mengerti seni, dan berkelas. Di negeri kita, banyak perusahaan yang lebih senang mengkopi ketimbang menciptakan desain packaging yang baru. Kenapa?
Sayang, memang. Ini mungkin karena kurangnya kesadaran akan fungsi kemasan. Banyak yang menganggap: “Ah, kemasan doang, yang penting kan ditutupin.” Jadi belum ada kesadaran bahwa kemasan itu bisa menjual. Di supermarket, dia bisa berperan sebagai silent salesman, tanpa SPG. Kemudian, kadang produsen juga tidak mau investasi mahal-mahal karena toh produknya belum tentu laku. Mereka ingin untung cepat dengan meniru produk lain yang berhasil. Berapa perbandingan biaya kemasan dengan biaya produk secara keseluruhan? Di ritel, rata-rata antara 10-15%. Cuma ini tidak mutlak. Kalau produk komoditi dan air mineral, kemasannya bisa lebih mahal. Belum lagi kalau ada master shipping packaging, itu jadi biaya tambahan. Lantas, bagaimana cara menyiasati mahalnya biaya kemasan? Desain kemasan yang bagus tidak berarti harus mahal. Mahal-tidaknya tergantung bagaimana packaging designer menyiasati dan mencari material terbaik, tapi sesuai dengan anggaran pemilik merek. Caranya, jangan menggunakan material-material yang tidak perlu. Kalau suatu kemasan cukup dengan memakai kertas, ya, jangan gunakan plastik. Jadi, seminimum mungkin penggunaan materialnya. Kemudian, juga bisa menggunakan material yang ramah lingkungan sehingga bisa di-reuse (dipakai lagi) oleh produsen. Atau perusahaan juga bisa memakai bentuk yang sudah jadi seperti gelas. Tinggal pintar-pintarnya perusahaan membuat kemasan itu tampak berbeda. Apa tren-tren khusus dalam packaging yang berkembang dewasa ini? Tren kemasan sekarang adalah eco-friendly. Kini plastik (terbuat dari jagung) pun bisa di- recycle.Di Eropa sudah. Di Indonesia kesadarannya belum begitu bagus, tapi mungkin segera. Apalagi dengan adanya global warming. Saat ini, sustainable packaging materials atau green packaging menjadi fokus dalam industri kemasan. Dengan kemajuan teknologi, para pakar di industri ini menganjurkan pengurangan material yang tidak diperlukan di dalam kemasan, serta menghindari material yang tidak ramah lingkungan. Warna seperti apa yang lagi tren untuk kemasan?
Warna itu lebih ke kultur. Misalnya hitam di banyak negara dihindari untuk produk makanan.
Tapi kalau di Jepang dan Spanyol, itu tidak masalah. Tapi, warna ada unsur psikologisnya.
Misalnya, kuning membawa kebahagiaan, merah memberi appetite, oranye berkonotasi murah. Jadi, menampilkan shopping bag berwarna oranye untuk produk fesyen mahal bukanlah ide yang bagus. Di luar negeri, kemasan merek apa yang Anda nilai sangat powerful? Dengan kemajuan teknologi dan peningkatan kreativitas para packaging designer, sangat banyak kemasan yang menurut saya “do a very good job”. Saya sendiri sangat terkesan pada botol Clearly Canadian yang didesain oleh Karacters Design Group. Kenapa dia hebat? Karena bentuk water drop-nya dibuat ramping. Kemudian, kemasan ini memakai label shrink wrap film yang bisa didaur ulang. Begitu pula botolnya yang terbuat dari gelas dan tutup
aluminium silver-nya. Warna-warna kemasan ini sangat dinamis sehingga jika dipajang di rak toko, sangat menonjol. Dan warnanya “translucent”, bisa memberikan efek tiga dimensi dari tiap sudut. Desain serta warna-warnanya beragam dan indah, penggunaan wordmark, simbol dan pattern designs dalam layout-nya sangat unik dan mengena pada target pasarnya sehingga membangkitkan emotional bonding kepada konsumen. Very fashionable! Terlebih lagi, pada saat yang bersamaan, kemasan ini menciptakan market niche baru untuk produk air mineral. (oleh : ROSLYN ‘n WIRIA)
Sumber : Majalah MARKETING – Edisi 10/2007
Aturan Desain Kemasan Obat Tradisional
Maraknya peredaran obat tradisional(herbal) ilegal di Indonesia telah merugikan banyak pihak. Konsumen misalnya, mereka bisa menderita penyakit yang lebih parah jika mengonsumsi obat yang salah ataupun dosis yang tidak tepat. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai aturan dalam desain kemasan obat tradisional menjadi peluang bagi para produsen jamu nakal yang hanya ingin meraup keuntungan. Kemasan obat tradisional memiliki aturan-aturan yang jelas dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Desain kemasan obat yang tidak memenuhi ketentuan-ketentuan ini akan ditolak dengan mentah oleh BPOM, menjadikan produk tersebut tidak memiliki nomor registrasi dan menjadi ilegal bila diedarkan. Di sini saya akan berbagi mengenai aturan desain kemasan obat tradisional yang saya ketahui selama saya bekerja sebagai desainer di PT. Liza Herbal.
Gambar di atas adalah salah satu contoh desain saya yaitu desain kemasan stiker herbal capsule Cellery. Ini adalah desain versi revisi dari desain sebelumnya. Cellery adalah obat tradisional yang berasal dari bahan baku daun seledri yang dikeringkan kemudian dikemas dalam bentuk kapsul transparan. Semua proses dilakukan dengan QC yang ketat dan mengacu pada aturan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Khasiatnya adalah membantu menurunkan tekanan darah tinggi.
Aturan-aturan Desain Kemasan Obat Tradisional BPOM
Merk
Sebuah produk obat tradisional harus memiliki merk / penamaan. Merk dengan menggunakan salah satu nama bahan baku produk (contoh : ceremai) tetap bisa didaftarkan ke BPOM. Namun akan menjadi masalah ketika merk tersebut akan dipatenkan ke Dirjen Haki. Karena pematenan produk tidak boleh menggunakan suatu nama generik (harus nama baru).
saran : desainlah nama merk secara menonjol untuk menarik perhatian. pemilihan jenis font, warna dan penempatan merk sangat berpengaruh pada tingkat atraktif produk tersebut.
Ilustrasi
Gunakanlah ilustrasi sebagai pemanis. Umunya BPOM mentolerir penggunaan ilustrasi seperti gambar tumbuhan dan simbol-simbol yang tidak dilarang (tetap berkaitan dengan khasiat produk). Namun, BPOM tidak mentolerir ilustrasi dengan menggunakan gambar-gambar seperti :
bagian tubuh manusia
gambar virus / bakteri
Khasiat (preview – optional dari produsen)
Untuk mempermudah masyarakat melihat & memahami khasiat suatu produk, kadang khasiat dicantumkan juga di bagian depan kemasan.
Nomor Registrasi
Nomor registrasi / pendaftaran untuk jenis obat tradisional jamu terdiri dari 9 digit dan diawali dengan POM TR. Badan POM mengeluarkan 1 nomor registrasi untuk 1 item produk.
Logo Obat Tradisional / Jamu
Logo jamu harus dicantumkan! BPOM membuat aturan logo ini harus dicantumkan di bagian kiri atas. penggunaan warna logo juga tidak bisa dirubah, standard yang digunakan adalah warna hijau tua. BPOM memiliki buku panduan yang berisikan gambar logo boleh digunakan.
Obat tradisional memiliki 3 tingkatan. pertama adalah Jamu, kedua Obat Herbal Terstandar (OHT), ketiga Fitofarmaka. OHT dan Fitofarmaka memiliki logo yang berbeda dengan jamu. kedua level ini adalah level lanjutan di mana suatu produk obat tradisional harus memiliki kriteria-kriteria tertentu. Fitofarmaka memiliki khasiat yang telah teruji klinis dan bisa disejajarkan dengan obat farmasi.
Produsen
Produsen obat tradisional juga harus dicantumkan di suatu kemasan obat. Hal ini untuk memudahkan konsumen mengenai reputasi suatu perusahaan dalam memproduksi obat tradisional dan mencari info mengenai produsen obat. Bagi produsen sendiri pencantuman ini penting untuk membangun citra perusahaan dan produknya.
Komposisi Produk
Sebuah obat tradisional mengandung 1 atau beberapa racikan bahan obat. Aturan penulisannya menggunakan nama latin bahan dan mencantumkan jumlah berat masing-masing bahan.
Contoh untuk penulisan bahan baku daun pegagan : Centella asiatica Herba……..400 mg
Centella = nama depan menggunakan awalan kapital. text style harus italic (miring).
asiatica = nama kedua menggunakan awalan non-kapital. text style harus italic.
Herba = adalah nama latin daun, nama bagian tumbuhan yang digunakan berawalan kapital. text style harus non-italic.
Peringatan / Perhatian (optional dari BPOM)
Pencantuman peringatan / perhatian hanya perlu cicantumkan di beberapa jenis produk seperti produk penurun tekanan darah, pelangsing, diabetes, dan lainnya.
Netto / Isi
Pencantuman netto diperlukan untuk memberikan info yang berkaitan dengan dosis pemakaian.
Khasiat Produk (Inti)
Khasiat yang dicantumkan pada suatu kemasan obat tradisional harus sama dengan sertifikat yang diberikan oleh BPOM. Khasiat tidak boleh dilebih-lebihkan/dramatis (contoh : menyembuhkan stroke). Umumnya, BPOM menggunakan kalimat “membantu mengatasi…”, “secara tradisional digunakan untuk…”, dan lainnya. Bila ditemukan pencantuman khasiat yang berlebihan pada suatu merk obat tradisional, maka produk tersebut patut diselidiki.
Cara Penyimpanan
Obat tradisional memiliki standar tertentu dalam hal penyimpanan. Umumnya kalimat yang ditulis adalah, “simpan di tempat sejuk dan kering serta terhindar dari cahaya matahari langsung”. Hal ini bertujuan agar kandungan produk tidak mudah kadaluwarsa.
Dosis
Seperti obat dokter, obat tradisional juga memiliki aturan dosis yang dianjurkan. Dosis untuk pengobatan berbeda dengan pencegahan. Dosis yang berlebihan dalam mengkonsumsi obat tradisional juga akan menimbulkan efek samping.
Nomor Produksi & Expired Date
Pencantuman kode produksi diperlukan baik oleh produsen maupun konsumen guna mempermudah mengecek tanggal produksi, ataupun hal lain seperti pengajuan complaint dari konsumen atas ketidakpuasan isi produk.
Tanggal kadaluwarsa harus dicantumkan guna mempermudah konsumen dalam menentukan pilihan produk yang akan dikonsumsi.
Logo Halal
Bagi beberapa produsen, logo halal berikut nomornya sangat dipentingkan. Sikap masyarakat Indonesia yang begitu mementingkan kehalalan suatu produk menjadikan logo halal penting untuk dicantumkan.
PS :Sekilas mengenai konsep desain saya adalah menciptakan citra modern mengenai jenis obat tradisional. obat jenis ini kini tidak bisa dianggap remeh lagi dibanding obat farmasi, karena khasiatnya yang makin terbukti dan minim efek samping.
Membuat Merk atau Label Usaha Camilan Sendiri
Dalam dunia usaha, nama produk atau lebih kita kenal sebagai merk/brand merupakan ujung tombak sebuah pemasaran produk. Ketika suatu produk dipasarkan, dan diterima masyarakat dengan baik, maka yang akan diingat pertama kali oleh konsumen adalah namanya. Tentu hal ini harus ditunjang dengan kualitas produk dan kekuatan rasa pastinya. Bahkan, sedemikian hebatnya kekuatan sebuah nama produk (Merk/Brand), maka ketika kita membicarakan sebuah tema, bisa jadi konsumen pun sudah mampu membayangkan produk apa yang sedang kita bicarakan. Itulah yang disebut kekuatan Potitioning Produk. Potitioning produk adalah, gambaran sebuah produk yang melekat kuat pada merk/brand dibenak konsumen. Sehingga, jika anda berencana membuat usaha camilan, maka penting sekali mempertimbangkan nama merk atau label usaha camilan Anda yang semenarik mungkin, seunik mungkin.
Merk/label sebuah produk camilan, selain sebagai tanda pengenal, merk/label juga menjadi pembeda dari jenis bisnis camilan yang lain. Tidak menutup kemungkinan, banyak pelaku usaha lain yang menggeluti usaha makanan ringan ini. Konsep ATM, Amati Tiru dan Modofikasi bisa jadi dilakukan oleh orang lain untuk meniru kesuksesan usaha Anda. Oleh karena itu, selain nama yang menarik, design kemasan produk juga perlu diperhatikan. Semakin unik design produk, bisa jadi hal tersebut menjadi nilai tambah bagi produk Anda. dengan hal tersebut maka konsumen pun akan lebih mudah mengenali produk cemilan Anda karena desain produk yang Anda miliki punya ciri khas yang tidak biasa.
Dalam kemasan produk, selain mencantumkan merk/label produsen juga harus mencantumkan tanggal kadaluarsa dan komposisi produk secara detail. Hal ini bertujuan agar konsumen tidak ragu dalam mengkonsumsi produk anda. Pencantuman komposisi bahan baku selain berguna untuk memberikan pendidikan kepada konsumen, juga akan sangat berguna dalam proses pengurusan ijin, baik ijin P-IRT, sertifikat HALAL maupun ijin SIUP.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sebuah kemasan produk, yaitu :
1. Sablon Plastik
Keunggulan:
Bila menggunakan kemasan plastik bersablon, camilan tentunya lebih aman karena tidak tercampur langsung dengan tinta tulisan label. Selain itu tampilan akan lebih rapi dan menarik dengan aneka design gambar yang terlihat jelas pada kemasan.
Kelemahan:
Dari segi harga, kemasan plastik bersablon relatif lebih mahal dengan kisaran harga sekitar Rp 100 sampai Rp 200 per lembar. Padahal , untuk usaha camilan dibutuhkan ratusan hingga ribuan kemasan per harinya. Jika penjualan anda belum maksimal, hal ini tentu akan menjadi beban tersendiri bagi biaya operasional.
2. Cetak Kertas
Keunggulan:
Kemasan dalam label kertas harganya lebih murah. Misalnya anda menggunakan label kertas berukuran 5cm x 4,5 cm untuk kemasan camilan per 100 gram, biaya yang dibutuhkan hanya Rp 4,-. Dengan perhitungan 1 lembar HVS menghasilkan 20 lembar kertas label ukuran 5×4,5; satu rim kertas HVS isi 500 lembar (20×500 = 10.000 lembar). Sedangkan biaya cetak + beli kertas 1 rim = Rp 40.000. Perhitungannya tinggal dibagi saja, yaitu Rp 40.000 : Rp 10.000 lembar = Rp 4,- / lembar.
Kelemahan :
Jika camilan yang diproduksi mengandung minyak, label kertas akan luntur. Dari segi kesehatan hal ini tentunya akan merugikan konsumen. Proses perijinannya pun akan mengalami kesulitan karena dibawah standar keamanan produk makanan. Tetapi ada solusi lainnya, yaitu masukkan kertas label ke dalam plastik kecil terlebih dahulu, sehingga tidak bercampur langsung dengan produk camilan anda.
Diolah dari berbagai sumber