
Seberapapun melihat kenyataan industri di beberapa negera tetangga jauh di atas kita, terlebih di menjelang penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, maka fonomena ini tidak menjadikan kita ciut menghadapi persaiangan free market di kawasan ini. hari ini bukan lagi kata siap atau tidak siap, tapi yang harus ada adalah motivasi siap tempur dengan segala “senjata” yang telah kita asah semaksimal mungkin.
Dalam hal ini UMKM adalah salah satu subyek yang harus dikembangkan, diasah menjadi lebih berdaya saing. UMKM yang jumlahnya sangat banyak di negeri ini senantiasa akan menjadi penggerak utama perekonomian bangsa. Maka tidak hanya pemerintah, namun banyak komponen yang harus bersinergi membangkitkan bisnis UMKM ini, termasuk BDS-P dan lembaga – lembaga pendampingan UMKM lainnya.
Lembaga Pengembangan Kemasan UKM Indonesia, sebagai salah satu BDS-P yang concern di bidang pengembangan kemasan UMKM di Indonesia memandang bahwa 2015 inilah saatnya secara masif merubah cara berfikir UMKM, banyak orang menganggap bahwa pemasaran merupakan pertarungan antar produk dan mengira produk terbaiklah yang akan menang, tapi sebenarnya pemasaran merupakan pertarungan persepsi. Yang ada dalam dunia pemasaran hanyalah persepsi dalam ingatan konsumen, siapa yang dapat menanamkan persepsi dengan baik di benak konsumen, dialah pemenangnya.
Dalam buku 22 Immutable Laws of Marketing (Hukum Tetap Pemasaran) karangan Al Ries & Jack Trout disebutkan beberapa eksekutif minuman ringan percaya bahwa pemasaran merupakan pertarungan antar-rasa. Perusahaan Coca-Cola pernah melakukan 200.000 kali uji rasa yang membuktikan New Coke memiliki rasa yang lebih enak daripada Pepsi-Cola, dan Pepsi memiliki rasa yang lebih enak daripada formulanya yang semula yang sekarang disebut Coca Cola Clasic. Namun yang memenangkan pertarungan dalam pemasaran menunjukkan bahwa minuman yang dibuktikan dalam riset sebagai minuman yang memiliki rasa paling enak yaitu New Coke justru berada di tempat ketiga. dan minuman yang diperlihatkan oleh riset sebagai minuman dengan rasa paling tidak enak yaitu Coca Cola Clasic justru berada di tempat pertama.
Kalau realitas pertarungan pemasaran saat ini adalah pertarungan produk, maka mungkin saja KFC atau Coco-Cola tidak akan pernah masuk Indonesia dan menguasai pasar negeri ini. Saat ini terbukti produk lokal masih belum ada yang mampu menguasai pasar sehebat dua produk tersebut. Pertanyaannya adalah, apakah konsumen / orang Indonesia percaya dan mengakui bahwa dari segi mutu rasa (produk) kedua produk tersebut betul-betul enak di lidah konsumen Indonesia ?, apakah tak ada minuman lokal yang bisa mengalahkan nikmatnya meneguk Coco-Cola ?, atau tak ada ayam goreng lokal yang mampu mengalahkan gurih dan nikmatnya ayam goreng asal Amerika ini ?. Jawabannya pasti tidak ada jaminan bahwa dua produk itu dari sisi rasa betul-betul diterima dan sesuai dengan lidah Indonesia. maka disinilah kekuatan branding yang telah mengarahkan secara masif persepsi ratusan juta penduduk Indonesia.
Oleh sebab itu saya dalam beberapa pelatihan kemasan selalu berupaya mengedukasi para UMKM bahwa era saat ini tidak lagi kita berkutat pada perjuangan bertarung di sektor produk saja, karena era saat ini adalah era membangun branding, era merebut hati konsumen, era menguasai persepsi.
Dan untuk produk UMKM, kemasan adalah hal pertama dalam proses membangun branding, karena menurut penyelidikan para ahli, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80 persen adalah penginderaan yang dilakukan melalui penglihatan. Dengan begitu, unsur-unsur grafis dari kemasan yaitu: warna. bentuk, merek, ilustrasi, huruf, tata letak, merupakan unsur visual yang memegang porsi terbesar dalam penyampaian pesan kemasan secara kasatmata (optical communication). Sehingga secara keseluruhan, penampilan kemasan harus berdaya tarik, baik daya tarik secara visual dan daya tarik dari sisi kepraktisan. Daya tarik visual adalah terkait unsur-unsur grafis, sedangkan daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efesiensi yang terdapat pada suatu kemasan, misalnya berbagai kemudahan yang sehingga kemasan mudah dipajang, dibawa, dibuka, dan lain sebagainya. Dalam proses persepsi, daya tarik suatu kemasan akan diserap otak sadar dan otak bawah sadar konsumen. Ini pada akhirnya banyak mempengaruhi reaksi atau tindakan konsumen di tempat penjualan. Selanjutnya dari sini ketika konsumen sudah mengenal produk secara visual, maka hal lain bisa kita bangun dalam upaya membangun branding produk.
Maka kini saatnya merubah paradigma berfikir yang menganggap bahwa pemasaran merupakan pertarungan antar produk dan mengira produk terbaiklah yang akan menang, tapi sebenarnya pemasaran merupakan pertarungan persepsi, perusahaan yang mampu membranding bagus produknya, dialah yang akan menguasai persepsi.
Oleh : Nashrullah Hasin – Konsultan Kemasan
Menyukai ini:
Suka Memuat...
23 Januari 2015
Kategori: Blog . Tag:Amplang, BDS-P, Brand, branding, Coca Cola, desain kemasan, design packaging, kemasan, kemasan foil, kemasan kripik, kemasan makanan, kemasan modern, Kemasan Murah, Kemasan snack, kemasan UKM, Kemasan UMKM, KFC, kripik, Lembaga Pengembangan Kemasan UKM Indonesia, logo, MEA 2015, Merek, packaging, Pelatihan Kemasan, Pelatihan Kemasan UKM, pelatihan kemasan umkm, Produk UKM, snack . Penulis: pesandesainkemasan . Comments: Komentar Dinonaktifkan pada 2015 – ERA MEMBRANDING PRODUK UMKM